Dipinggir sebuah perigi ada seekor capung yang sudah mati. Beberapa ekor semut keluar dari sarangnya pergi mendapatkan capung yang sudah mati itu. Seekor diantaranya, karena kurang hati-hati berjalan, jatuh kedalam perigi itu. Iapun terapung-apunglah diatas air. Makin lama, makin jauh juga ia ketengah. Dicobanya juga berenang ketepi, tetapi sia-sia saja.
Dekat itu ada sebatang pohon. Sebuah dahannya menjulur diatas perigi itu. Kebetulan diatas dahan itu ada seekor burung balam bertengger. Waktu burung balam itu melihat kebawah, tampak olehnya semut yang sudah kepayahan itu. Melihat itu terbitlah kasihan burung balam itu. Dipatuknya daun sehelai, lalu dilemparkannya kebawah. Kebetulan jatuhnya dekat benar kepada semut itu. Semut itu berenang kedaun itu, lalu naik keatasnya.
Daun itu diembus angin ketepi. Sampai disana memanjatlah semut itu didinding perigi itu serta selamat sampai keatas.
Tiada berapa lamanya datanglah ketempat itu seorang pemburu. Dari pagi ia masuk hutan akan mencari perburuan, tetapi malang benar sehari itu. Tak seekor juga dapat olehnya. Waktu ia sampai dekat perigi itu dan melihat keatas, tampak olehnya burung balam sedang bertengger didahan kayu. Karena malu kepada isterinya sebab pulang dengan hampa tangan, dibidiknya balam yang kecil itu akan ditembaknya.
Waktu dilihat semut pemburu membidik balam yang menolongnya tadi itu berlarilah ia cepat-cepat kesana, lalu digigitnya kaki pemburu itu. Terkejut ia, karena digigit semut itu. Balam melihat kebawah, lalu terbang.
Pemburu itu melihat pula keatas, tetapi dilihatnya balam tidak terlihat lagi. Dengan hampa tangan, ia menyumpah-nyumpah kepada semut itu, pulanglah ia.
( bersumber dari buku : "Tjeritera Goeroe" )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar