Rabu, 08 Juni 2011

Penyayangi binatang

    Dahulu kala adalah seorang anak yang amat miskin, Abdul Rahim namanya. Bapaknya sudah lama meninggal. Sebab itu ia tinggal dengan ibunya saja dalam sebuah pondok yang kecil lagi buruk. Pakaiannya compang-camping, tak tentu raginya lagi. Anak-anak lain tak mau bermain-main dengan dia. Sebab itu ia bermain seorang diri saja atau menolong ibunya bekerja dikebun atau mengambil upah dirumah-rumah orang kaya.

    Sungguhpun ia semiskin itu, hatinya amat baik. Kepada anak-anak kecil ia amat sayang. Binatang-binatangpun dikasihinya. Tak mau ia mengganggu dan menyakitinya. Kalau ia melihat kerengga jatuh keair, diangkatnya, diletakkannya ditempat yang kering.

    Sekali dilihatnya seekor katak dalam saluran batu. Katak itu melompat-lompat akan keluar dari saluran itu, kakinya yang sebelah belakang telah patah sebuah. Terbit kasihannya melihat. Diambilnya katak itu perlahan-lahan dengan kedua belah tangannya, lalu diletakkannya diatas rumput. Sesudah terasa olehnya katak itu diatas rumput, melompatlah ia kedalam air, lalu berenang-renang. Senang benar hati si Rahim dapat menolong katak itu. Demikianlah tabi'at anak itu.

    Pada suatu hari ia pergi kekebun dengan ibunya. Tengah hari duduklah ia dibawah pohon kayu akan berhentikan lelah. Direbahkannya badannya ditanah, lalu menengadah melihat keatas. Tampaklah olehnya banyak burung diatas pohon itu. bagus-bagus benar burung itu. Warna bulunya bermacam-macam. Semuanya bernyanyi-nyanyi dengan amat merdunya.

    Abdul Rahim memandang saja kepadanya. Burung itulah yang menghiburkan hatinya.

    Waktu ia memandang burung-burung itu, melelehlah air mata dipipinya. Teringat olehnya anak-anak sekampungnya yang bermain dengan suka ria dan berpakaian bagus.

    "Kalau aku bukan anak miskin", pikirnya dalam hatinya, "tentulah anak-anak itu mau juga bermain dengan daku. Tetapi aku bermain seorang diri saja."

    Tiba-tiba melompat-lomkpatlah seekor puyuh dihadapannya. Puyuh itu berkata, katanya : "Tangkaplah aku, tangkaplah aku!" Si Rahim tak mau menangkapnya. Tetapi puyuh itu menyuruhnya juga. "Tangkaplah saya!" katanya, "dan bawa kerumahmu! Letakkan saya dilumbung padimu yang sudah kosong itu!"

    Sebab puyuh itu terus juga menyuruh menangkapnya, lalu ditangkapnyalah dengan amat mudahnya. Petang-petang dibawanya pulang dan dimasukkannya kedalam lumbung kosong.

    Keesokan harinya, waktu ia bangun pagi-pagi benar, pergilah ia kelumbung padi akan memberi puyuhnya makan dan minum.

    Amatlah tercengangnya,waktu dilihatnya puyuh itu tak ada lagi. Lubang untuk keluar tak ada dilumbung itu. Dan lumbung itu penuh sesak dengan padi, sampai keatap.

    Apa yang dilihatnya itu diceriterakannya kepada ibunya. "Puyuh itulah barangkali yang mengadakan padi itu," kata ibunya kepadanya, "tahu ia rupanya, bahwa kita amat miskin". Padi itu dijual oleh ibu si Rahim.Tetapi keesokan harinya lumbung itu penuh pula. Tak berhenti ibu si Rahim kepasar menjual padi. Mereka itupun kayalah.

    Tetapi si Rahim tiadalah menjadi sombong karena itu. Puyuh yang menolongnya itu tak dilupakannya. Kepada binatang bertambah-tambah sayangnya.



( bersumber dari buku : "Tjeritera Goeroe" )




Tidak ada komentar: