Kamis, 16 Juni 2011

Sebab butir padi jadi kecil-kecil


    Kata yang empunya ceritera, dahulu kala butir padi tidaklah kecil-kecil sebagai sekarang, tetapi besar-besar sebagai biji durian. Beberapa biji saja dimakan sudah kenyang kita. Menanamnyapun amat mudah, tidak perlu tanahnya dibajak atau dicangkul dahulu dan tidak perlu pula dipupuk. Ditebarkan saja ditanah tumbuhlah ia dan berbuah lebat.

    Adapun padi itu ada rajanya. Pada suatu hari raja padi berselisih dengan raja emas. Yang jadi pokok perselisihan ialah tentang bunyi durian jatuh. Kata raja padi bunyinya : “ras . . . . tum”. Tetapi kata raja emas sebaliknya :  “tum . . . . ras!”

    Meskipun banyak yang sesuai dengan pendapatan raja padi, tetapi raja emas tak mau mengalah. Ia merasa lebih mulia, lebih pandai dan lebih berharga dari pada raja padi. Sebab itu tak patut ia menurutkan kata raja padi.

    Akhirnya kedua raja itu meminta hukum kepada raja manusia yang bergelar Sang Sepurba Biaperi.

    Sang Sepurba Biaperi bersidanglah dengan segala orang besarnya. Maka amat susahlah raja menimbang perkara itu. Akan dikalahkan raja emas, dia orang mulia dan sangat berharga. Akan dimenangkan, dia memang salah. Akan tetapi kesudahannya dimenangkannya juga raja emas, sebab memandang mulia dan tinggi harganya.

    Maka sangatlah sedih hati raja padi menerima hukuman yang tidak adil itu. Sudah terang ia yang betul, tetapi karena harganya kurang dari emas, ia dikalahkan.

    Pada malam itu dijalaninyalah segala lumbung padi dalam negeri itu. lalu dibisikkannya kepada segala rakyatnya, bahwa raja dinegeri itu tidak adil. Hukumannya hanya menilik kekayaan dan kemuliaan orang saja, tidak memandang kesalahannya. Sebab itu semuanya diajaknya lari dari negeri itu.


    Keesokan harinya ketika seorang perempuan hendak menjemur padi, sangat tercengang ia, sebab sebutir padipun tak ada dalam lumbungnya lagi. Lumbung orang lain begitu pula, kosong kesemuanya. Maka kelaparanlah sekalian orang didalam negeri itu. Raja Sang Sepurba Biaperi sangat susah memikirkan bencana itu. Tetapi ia telah maklum apa sebabnya padi itu habis lari. Lain tidak ialah karena kesalahan hukum baginda. Bagindapun menyesal dengan sesal yang amat sangat. Lalu diutus baginda seorang menteri akan membujuk-bujuk raja padi, supaya suka kembali kepada rakyatnya. Akan tetapi raja padi menjawab : "Bukankah ada raja emas yang mulia dengan rakyatnya akan menolong baginda? Apa gunanya kami yang tidak berharga ini kembali kesana?"

    Demi Sang Sepurba Biaperi melihat menterinya kembali dengan hampa tangan, maka makin susah hati baginda sebab isi negeri sudah kelaparan. Sekarang barulah raja itu insaf benar, bahwa mereka itu tak dapat hidup dengan emas, kalau tak ada padi. Maka diutus raja sekali lagi beberapa orang menteri meminta dengan hormat dan khidmat, supaya padi itu kembali.

    Akhirnya raja padipun kasihan melihat isi negeri yang kelaparan itu. Maka katanya kepada menteri utusan itu : "Janganlah tuan-tuan harapkan kami akan kembali lagi. Hanya akan ganti badan kami, tuan bawalah miang kami ini. Khasiatnya sama juga dengan kami, hanya bulirnya jauh lebih kecil, tetapi mesti dipelihara baik-baik. Kalau kurang pemeliharaannya, ia tidak akan mendatangkan hasil."

    Menteri utusan itu pulanglah membawa miang padi itu. Itulah asalnya pada kita sekarang ini.




( bersumber dari buku : "Tjeritera Goeroe" )




Tidak ada komentar: