Adalah seekor cengkerik(jangkrik) bersahabat dengan seekor lebah. Adapun cengkerik itu kerjanya siang hari tidur saja. Petang hari sesudah membersihkan diri keluarlah ia berjalan-jalan, sambil bernyanyi-nyanyi tiada berhentinya. Jauh malam baharulah ia pulang kerumahnya. Keesokan harinya, pagi-pagi benar, ia telah bangun dan bernyanyi-nyanyi pula sepanjang jalan. Begitulah saja kerjanya sepanjang hari, bersenang-senang dan bersuka-sukaan saja. Tak ada teringat olehnya bahaya yang akan menimpanya.
Adapun lebah itu kerjanya berlainan benar dengan cengkerik. Jarang benar ia bermain-main dengan tak keruan. Tiap-tiap hari ia bekerja. Pagi-pagi benar sudah keluar ia dari sarangnya akan mencahari makan dan petang-petang baharu pulang. Malam hari tidaklah ia kemana-mana, melainkan melepaskan lelahnya. Lain dari pada itu makanan yang berlebih, disimpannya baik-baik. Gunanya ialah untuk dimakannya nanti dalam waktu susah.
Pada suatu hari berkatalah cengkerik itu kepada sahabatnya :"Hai sahabatku lebah, engkau ini sudah jadi budak kerja. Tak ada ingatanmu yang lain dari pada kerja. Kerja, kerja saja dari pagi sampai petang. Tak ada waktumu bersuka-suka dan bersenang-senang sedikit juga. Engkau ini hendak kaya benar rupanya. Tetapi aku, biarpun tidak kaya, senang juga hidupku. Minum-makanku tidak kurang dan kesenanganku cukup. Apakah yang kita cari diatas dunia ini, kalau tidak kesenangan ? Ayo, marilah kita bermain-main, janganlah kekayaan saja yang diingat tiap-tiap-hari!"
"Bukan kekayaan yang teringat olehku", kata lebah itu dengan agak malu. "tetapi aku bersedia jika musim susah datang nanti."
"Ah.., perkara nanti itu nanti pula", kata cengkerik. "Apa pula gunanya disusahkan sekarang ?"
"Tetapi lebih baik juga kita ingat, bukan ?" kata lebah. "Lagi pula aku tak biasa bermain-main saja."
Adapun perkataan lebah itu tiadalah masuk kedalam hati cengkerik. Iapun berjalan meninggalkan sahabatnya itu dan bernyanyi dengan nyaring suaranya. Lebah pergilah mengisap madu untuk disimpannya.
Demikianlah beberapa bulan lamanya. Maka datanglah musim kesawah. Tiap-tiap hari hujan tiada berhenti. Sawah yang kering sudah digenangi air. Cengkerik terpaksalah melarikan diri ketempat yang tinggi. Betul disana senang rasanya, tetapi tak ada apa-apa yang akan dimakannya. Maka amat susahlah hidupnya. Makin lama makin lemahlah badannya karena tak makan. Bernyanyi-nyanyi tak berdaya ia lagi. Maka pergilah ia kepada sahabatnya, lebah, minta dikasihani.
Kata lebah : "Nah, bukankah benar juga kataku, bahwa masa susah itu tak dapat ditentukan datangnya ? Sebab itu sebelum ia datang, sebaik-baiknya kita bersedia. Untung juga aku ada, jika tidak, apa jadinya?"
Mendengar itu, cengkerik itu amatlah malunya. Sekarang tahu benarlah ia, bahwa hemat itu pangkal selamat.
( bersumber dari buku : "Tjeritera Goeroe" )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar