Pekan yang lalu saya ceriterakan kepadamu ceritera "burung tekukur" menerbangkan jerat pemburu. Sekarang ceritera itu akan saya sambung.
"Bagaimanakah akal kita akan melepaskan diri kita dari jerat celaka ini? tanya seekor burung tekukur. Raja burung itu terdiam sebentar dan berpikir. Tiada berapa lamanya kemudian ia berkata, katanya : "Kita ini miskin. Artinya kekuatan kita tak ada. Tetapi sungguhpun miskin, kita kaya. Artinya sahabat kita banyak. Sebab itu marilah kita pergi kepada seorang diantara sahabat kita itu yaitu seekor tikus. Tentu ia suka menolong kita. Selama saya bersahabat dengan dia, tak ada kamu berkecilan hati, apalagi berbantah. Kalau kita minta tolong kepadanya, tentu tidak akan ditolaknya.
Tentang tempat tikus itu benar, raja tekukur itu memerintahkan turun kebawah. Dimuka liang tikus itu, raja tekukur itu berseru, katanya : "Assalamualaikum". "Wa-alaikum salam, siapa itu?" sahut tikus dari dalam. "Saya sahabatmu, raja tekukur," jawabnya. Mendengar jawab raja tekukur, tikus itupun berlari-lari keluar akan melihat. Waktu dilihatnya burung-burung itu terjerat, bergesa-gesalah ia mendapatkan raja tekukur akan melepaskannya. Raja tekukur berkata, katanya : "Lepaskanlah teman-temanku yang lain itu dahulu. Jikalau sudah terlepas semuanya, barulah lepaskan aku".
Mendengar perkataan raja tekukur itu, tikus itu pergilah menggigit jerat yang mengikat burung-burung itu. Sesudah terlepas semuanya, barulah ia datang mendapatkan raja tekukur itu.
Sesudah raja tekukur itu terlepas, berkatalah ia, katanya : "Kami minta terima kasih banyak kepada engkau. Kalau tak engkau menolong kami, tentulah kami akan mati kelaparan".
"Janganlah itu disebut-sebut! Saya sahabatmu, bukan? Sebagai seorang sahabat yang karib, sudah kewajiban saya menolongmu".
Sesudah tikus itu berkata, sekalian tekukur mengucapkan selamat tinggal, lalu membubung keudara, pulang kehutan, tempatnya dahulu.
( bersumber dari buku : "Tjeritera Goeroe" )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar