Rabu, 15 Juni 2011

Rahasia terbuka

    Dalam sebuah negeri adalah seorang hakim yang amat bijaksana dan adil. Sekalian orang yang jahat amat takut kepadanya dan orang pandai-pandai menghormatinya.

    Pada suatu hari datang seorang saudagar, Ahmad namanya. Ia hendak mengadukan halnya kepada hakim itu.

    Kata hakim : "Hai Ahmad, cobalah ceritakan bagaimanakah halmu itu!"

    Jawab Ahmad : "Ya, tuan hakim, pada tahun yang lalu seorang sahabat saya, Ali namanya, meminjam uang kepada hamba seratus dinar emas. Uang itu hamba berikan dihadapan dua orang saksi. Ali berjanji akan membayar utangnya, apabila hamba pulang dari berniaga. Pekan yang lalu hamba kembali; utang itu hamba tagih kepadanya. Akan tetapi Ali tak mau membayar. Katanya ia sekali-kali tiada berutang kepada hamba. Itulah yang hendak hamba adukan kepada tuan hakim."

    Kata hakim : "Manakah kedua saksimu itu? Suruhlah menghadap kemari!"

    Jawab Ahmad dengan sedih : "Ya tuan hakim, keduanya sudah meninggal dunia."

    Mendengar itu terasalah oleh hakim, bahwa perkara itu amat sukar. Sesudah berpikir seketika, berkatalah hakim kepada Ahmad, katanya : "Hai Ahmad, dimanakah engkau berikan uang itu kepada Ali?"

    "Dibawah sepohon kayu diluar kota, tuan hakim."

    Kata hakim : "Baik! Meskipun kedua saksimu itu Sudah mati, masih ada lagi saksi yang lain, yakni pohon kayu itu. Tunjukkanlah pohon kayu itu kepada kedua hulubalang ini, supaya dibawanya kehadapanku!"

    Sudah lama mereka itu dinantikan hulubalang itu, tetapi ia belum juga kembali membawa kayu yang akan jadi saksi itu. Maka bertanyalah hakim kepada seorang pengawal. "Belum jugakah datang orang yang membawa kayu itu?" Mendengar itu tertawalah Ali, lalu berkata, katanya : "Sampai besok tak kan sampai juga pohon itu kemari, karena amat besarnya. Sepuluh orang tak kan kuat membawanya. Lagi pula tempatnya jauh, ada kira-kira tiga jam perjalanan dari sini."

    Baharu saja habis perkataannya, ia terkejut, karena rahasianya telah dibukanya sendiri. Maka hakim yang arif bijaksana itu berkata, katanya : "Lihatlah, pohon kayu itu sekarang menyaksikan, bahwa engkau bersalah, Ali. Karena engkau mengetahui benar hal kayu itu, tentulah betul sekalian yang diceritakan Ahmad."

    Ali tak dapat mungkir lagi, lalu ia dipaksa hakim membayar utangnya, kemudian ia dihukum pula.

    Yang bengkok itu dimakan sarung juga, bukan?



( bersumber dari buku : "Tjeritera Goeroe" )


 

Tidak ada komentar: