Senin, 30 Mei 2011

Peladang dengan harimau

    Dipinggir sebuah hutan yang lebat tinggal seorang peladang bersama-sama isterinya dan seorang anak angkatnya, si Bahri namanya. Orang peladang itu mempunyai tujuh ekor kambing. Lagi pula ada dirumahnya seekor anjing dan seekor kucing.

    Pada suatu hari orang peladang itu menyuruh si Bahri pergi kekaki bukit, jauh sedikit dari tempat itu menggembalakan kambing-kambing itu, karena disitu banyak rumput muda.

    Si Bahri pergilah kesitu membawa kambing yang tujuh ekor itu serta nasi sebungkus, ikan kering sekerat dan sambal lada.

    Pukul dua terbitlah laparnya. Diambilnya nasinya, lalu iapun makanlah. Karena enak makannya, tiada diketahuinya, bahwa seekor harimau sudah dekat kepadanya.

    Harimau itu berkata: "Hai Bahri, saya lapar benar, berilah saya nasimu itu." "Tak mau saya memberimu," jawab si Bahri. Untuk sayapun tak cukup". Harimau itu menjawab : "Kalau tak mau engkau memberiku, kumakan kambingmu ini seekor". Harimau itu menangkap kambing itu seekor, lalu ditelannya. Si Bahri amat berdukacita, karena kambingnya sudah kurang seekor.

    Petang-petang pulanglah ia membawa kambing yang enam ekor lagi. Dirumah diceriterakannyalah apa yang telah terjadi kepada bapak angkatnya.

    Peladang itu amat susah hatinya, karena kambingnya hilang seekor itu. "Besok pagi-pagi pergilah pula kamu kebukit itu", katanya kepada si Bahri, "dan jagalah kambing itu baik-baik."

    Keesokan harinya pergi pulalah si Bahri kebukit itu. Pukul dua, waktu si Bahri makan, datanglah harimau yang kemarin. Dimintanya pula nasi si Bahri. Sebab si Bahri tak mau memberi, ditangkapnya pulalah kambing seekor lagi, lalu ditelannya.

    Begitulah berturut-turut tujuh hari lamanya. Ketujuh kambing itupun habislah.

    Orang peladang itu amatlah marahnya kepada si Bahri, lalu katanya : "Pergilah kamu  kebukit itu. Carilah kambing yang tujuh ekor itu sampai dapat. Kalau tak dapat janganlah engkau kembali."

    Si Bahri itupun pergilah mendaki bukit itu. Disana bertemu pula ia dengan harimau yang dahulu.

    "Kak harimau, kembalikanlah kambing yang sudah kak telan dahulu", kata si Bahri.

    "Kembalikan katamu?" jawab harimau itu. "Diperutku masih ada tempat untukmu." Si Bahri ditangkapnya, lalu ditelannya.

    Haripun malamlah. Si Bahri belum juga pulang.Hati peladang itupun susah.

    Keesokan harinya pergilah ia kebukit itu akan mencari si Bahri. Pukul dua melompatlah seekor harimau dihadapannya.

    Peladang itu bertanya, ujarnya: "Hai harimau adakah engkau melihat si Bahri kemarin disini?" "Siapa" jawab harimau. "Dia ada dalam perutku. Tempat masih ada diperutku untukmu". Lalu ditelannya pula peladang itu.

    Haripun malamlah. Isteri peladang itu duduk dengan bersusah hati dirumah menunggu suaminya. Tetapi suaminya tak juga datang.

    Besok paginya pergilah ia mencari suaminya kebukit itu. Iapun ditelan oleh harimau itu.

    Anjing peladang yang setia tak senang hatinya lagi dirumah karena tuannya kedua-duanya tak ada lagi.

    Ia pun pergi pula mendaki bukit itu. Kira-kira pukul dua datanglah pula harimau mendapatkannya. Anjing itu berkata, katanya : "Kak harimau, adakah kakak bertemu dengan tuan hamba, peladang yang tinggal dikaki bukit ini."

    "Apa katamu, peladang, dia ada dalam perutku. Dan untukmu masih ada tempat". Lalu ditelannya anjing itu.

    Kucing tak senang hatinya tinggal seorang diri lagi. Didakinya pula bukit itu. Kira-kira pukul dua datanglah pula harimau kepadanya.

    Kucing berkata : "Nenek harimau, adakah nenek bertemu dengan teman hamba anjing". "Anjing" jawab harimau, "Dia sekarang dalam perutku, Untukmu masih ada tempat dalamnya".

    Kucing itu ditelannya pula.

    Rupanya sudah penuh betul perut harimau itu. Kucing dan Anjing sudah payah bernapas.

    Sebab itu dicarinya akal. Anjing menggigit daging harimau itu dari dalam dan kucing menggaruk-garuk dengan kukunya yang runcing.

    Tiada berapa lamanya tembuslah perut harimau itu. Peladang beserta isterinya, ketujuh ekor kambing, anjing dan kucing keluarlah dengan selamat dari dalam perut harimau itu.

    Hanya harimau itulah yang payah kesakitan.

    Harimau itu dideretnya bersama-sama ketepi sungai, lalu dilemparkannya kedalamnya.

    Iapun matilah.




( bersumber dari buku : "Tjeritera Goeroe" )






Tidak ada komentar: