Rabu, 25 Mei 2011

Menang

    Si Jalin dan si Musa berdekatan rumah. Acap kali kedua anak itu berjalan-jalan bersama-sama.

    Pada suatu hari Jalin mengajak si Musa pergi kerumah pamannya. Jalan kerumah paman itu melalui kebun Pak Sidin. Didalam kebun itu amat banyak pohon, buah-buahan, durian, rambutan, mangga, manggis dan banyak lagi. Buahnya sedang masak-masak.

    Dekat pagar kebun itu ada sebatang pohon mangga. Sebuah dahannya terbelintang keluar pagar. Pada dahan itu bergantungan buahnya yang masak-masak. Kedua anak itu melihat keatas. Titik seleranya melihat buah kuning-kuning itu.

    Si Musa berkata, katanya : "Jalin, lihatlah mangga itu. Besar-besar, lagi kuning. Tentulah amat manisnya. Biarlah kita ambil sebuah. Marilah kita lempar". Sambil berkata itu dicarinya batu lalu diambilnya sebuah.

    Si Jalin menjawab: "Itu mencuri namanya. Apakah kata guru kepada kita disekolah?" Bukankah dilarangnya kita mencuri? Guru mengaji disurau mengatakan : Berdosa orang yang mencuri. Sebab itu saya tak mau mengambil mangga itu."

    "Kalau kita ambil sebuah dua, itu bukan mencuri namanya. Tentu yang empunya tak kan rugi karena mangga dua buah itu," kata si Musa.

    "Apa katamu?" tanya si Jalin. "Tak rugi? Kalau dijualnya laku sebenggol sebuah. Kalau kita ambil dua buah, dia rugi lima sen."

    Si Musa tak senang hatinya mendengar kata si Jalin itu. Dengan bersungut dilemparkannya batu yang dipegangnya. "Baiklah, marilah kita terus berjalan", katanya pula.

    Baru saja mereka itu hendak pergi dari situ, keluarlah Pak Sidin dari balik pagar. Ia membawa anjing seekor. Anjing itu besar lagi galak. Ditangannya yang sebelah ada sekeranjang kecil mangga. Kira-kira sepuluh buah isinya.

    "Besar benar hatiku", katanya "kamu tak jadi melempar mangga itu. Kalau kamu lempar tadi, tentu anjing yang galak ini kulepaskan. Untunglah nafsumu dapat kamu tahan. Sebab itu sekarang aku akan memberi apa-apa kepadamu. Inilah mangga sekeranjang. Ambillah olehmu!"

    Si Jalin dan si Musa amat besar hatinya. Mereka itu minta terimakasih kepada Pak Sidin, lalu meneruskan perjalannannya kerumah paman.


 ( bersumber dari buku "Tjeritera Goeroe" )






Tidak ada komentar: