Senin, 04 Juli 2011

Muslihat labah-labah membayar hutang


    Musim kemarau panjang sudah tiba pula. Sekalian binatang habis kelaparan. Begitu pula labah-labah dengan anak-anaknya. Tetapi binatang kecil itu tiada hilang akalnya. Ia pergi meminjam makanan kepada setangganya.

    Mula-mula ia pergi meminjam kepada lipas. Dijanjikannya esok harinya waktu lohor akan dibayarnya. Kemudian ia pergi meminjam kepada ayam betina. Dijanjikannya esoknya pula lepas lohor akan dibayarnya. Sesudah itu ia meminjam kepada musang, anjing hutan, harimau dan akhirnya kepada seorang pemburu. Semuanya dijanjikannya esok harinya juga akan dibayarnya. Akan tetapi waktunya bertikaian sedikit-sedikit.

    Keesokan harinya labah-labah tidak keluar dari sarangnya. Ia tiada pergi membayar utangnya. Memang ia tidak akan pergi. Dengan apa utangnya itu akan dibayarnya, karena ia tak mempunyai barang sedikit jugapun?

    Lipan sudah menunggu-nunggu kedatangan labah-labah. Karena tak datang juga, ia pergi menagih piutangnya itu.

    Baru saja dilihat labah-labah lipan itu datang,  lalu disongsongnya kepintu, sambil berkata manis, katanya : “O.., engkau lipan, selamat datang! Akan panjang juga rupanya umurmu, serbentar ini baru kusebut-sebut namamu. Aku akan pergi juga kerumahmu mengantarkan utangku itu. Duduklah, jangan malu-malu! Ini rumahmu juga. Aku hendak menyudahkan kerjaku didapur sebentar!”

    Labah-labah pergi kedapur. Lipan duduk menanti didepan. Tiba-tiba terdengar lipan berseru ketakutan, ujarnya : “Sahabat, sahabat, tolonglah aku! Itu ada ayam datang kemari. Matilah aku dimakannya!”

    “Ah, tak usah takut!” jawab labah-labah. “Dia kawanku juga. Tetapi kalau engkau kuatir, bersembunyilah dibelakang dapur ini!”

    Lipan pergi bersembunyi dan ayampun masuk.

    Selamat datang sahabatku yang baik!” tegur labah-labah dengan manisnya kepada ayam. “Adakah sehat saja anak-anak dirumah?”

    “Aku datang hendak meminta piutangku!” jawab ayam dengan pendek.

    “O.., akupun sudah bermaksud hendak mengantarkannya juga kerumahmu. Tetapi duduklah sebentar, aku sudahkan menggoreng ikan.”:

    Belum lama labah-labah pergi kedapur, ayam betina berseru-seru ketakutan : “Tolong sahabat, tolong! Matilkah aku dimakan musang itu! Itu dia datang kemari!”

    “Tak usah takut!” jawab labah-labah dari dapur, “bersembunyilah dibelakang dapur ini!”

    Ayam pergi bersembunyi. Dilihatnya disana ada seekor lipan, lalu dipatuknya dan dimakannya lipan itu.

    “Wah, untung benar sahabat datang!” tegur labah-labah dengan ramah-tamahnya kepada musang. “Akupun hendak datang juga mengantarkan utangku. Masuklah! Silahkan duduk!”

    Baru saja musang duduk, ia terpekik : Tolong sahabat, tolong! Lihatlah anjing hutan itu datang kemari. Mati aku diterkamnya!”

    “Bersembunyilah dibelakang dapur itu!” kata labah-labah.

    Musang lari kebelakang. Dilihatnya disana ada ayam betina, lalu diterkam dan dimakannya.

    Sedang anjing bercakap-cakap dengan labah-labah, anjing itu terpekik pula, karena dilihatnya seekor harimau datang. Anjing hutan disuruh labah-labah pula bersembunyi dibelakang dapur. Ketika dilihatnya ada seekor musang, lalu diterkam dan dimakannya.

    Demikian pula harimau itu. Baru saja ia meminta piutangnya, ia terkejut. Dilihatnya seorang pemburu datang, lemgkap dengan bedil dan pisaunya.

    “Bersembunyilah kebelakang!” kata labah-labah. Harimau pergi kebelakang. Dilihatnya ada anjing hutan, lalu dimakannya pula.

    “Disini tak aman aku bersembunyi,” kata harimau kemudian.

    Kalau begitu bersembunyilah keatas pohon kayu itu!” kata labah-labah.

    Harimau melompat keatas pohon kayu yang tiada tinggi benar dan pemburupun masuk. Labah-labah menerima pemburu dengan manis dan hormatnya. Karena lemah lembut tutur katanya, pemburu itu dapat dibujuknya, supaya berhenti melepaskan lelah dahulu dibawah pohon kayu.

    Ketika pemburu melihat kedalam perigi yang ada dibawah pohon itu, tampak olehnya harimau bersembunyi diatas. Dengan tiada menanti lagi, lalu ditembaknya. Harimau itu jatuhlah, lalu mati.

    Labah-labah berlari mendapatkan pemburu, lalu berseru-seru, katanya : “Hai tuanhamba! Celaka tuanhamba! Harimau, raja dalam negeri ini tuanhamba tembak. Tentu tuanhamba digantungnya.”

    Pemburu sangat cemas, lalu berkata kepada labah-labah, katanya : ‘Utangmu tak usah dibayar lagi. Tetapi mulutmu mesti kau tutup rapat-rapat! Jangan kau kabarkan kepada siapapun!”

    Sepeninggal pemburu itu, labah-labah itu tertawa-tawa. “Utangku sudah lunas. Tak kusangka semuanya itu bebal belaka!”




( bersumber dari buku : "Tjeritera Goeroe" )



 

Tidak ada komentar: