Musim kemarau panjang sudah tiba pula. Sekalian
binatang habis kelaparan. Begitu pula labah-labah dengan anak-anaknya. Tetapi
binatang kecil itu tiada hilang akalnya. Ia pergi meminjam makanan kepada
setangganya.
Mula-mula ia pergi meminjam kepada lipas. Dijanjikannya esok
harinya waktu lohor akan dibayarnya. Kemudian ia pergi meminjam kepada ayam
betina. Dijanjikannya esoknya pula lepas lohor akan dibayarnya. Sesudah itu ia
meminjam kepada musang, anjing hutan, harimau dan akhirnya kepada seorang
pemburu. Semuanya dijanjikannya esok harinya juga akan dibayarnya. Akan tetapi
waktunya bertikaian sedikit-sedikit.
Keesokan harinya labah-labah tidak keluar dari sarangnya. Ia
tiada pergi membayar utangnya. Memang ia tidak akan pergi. Dengan apa utangnya
itu akan dibayarnya, karena ia tak mempunyai barang sedikit jugapun?
Lipan sudah menunggu-nunggu kedatangan labah-labah. Karena
tak datang juga, ia pergi menagih piutangnya itu.
Baru saja dilihat labah-labah lipan itu datang, lalu disongsongnya kepintu, sambil berkata
manis, katanya : “O.., engkau lipan, selamat datang! Akan panjang juga rupanya
umurmu, serbentar ini baru kusebut-sebut namamu. Aku akan pergi juga kerumahmu
mengantarkan utangku itu. Duduklah, jangan malu-malu! Ini rumahmu juga. Aku
hendak menyudahkan kerjaku didapur sebentar!”
Labah-labah pergi kedapur. Lipan duduk menanti didepan.
Tiba-tiba terdengar lipan berseru ketakutan, ujarnya : “Sahabat, sahabat,
tolonglah aku! Itu ada ayam datang kemari. Matilah aku dimakannya!”
“Ah, tak usah takut!” jawab labah-labah. “Dia kawanku juga.
Tetapi kalau engkau kuatir, bersembunyilah dibelakang dapur ini!”
Lipan pergi bersembunyi dan ayampun masuk.
Selamat datang sahabatku yang baik!” tegur labah-labah
dengan manisnya kepada ayam. “Adakah sehat saja anak-anak dirumah?”
“Aku datang hendak meminta piutangku!” jawab ayam dengan
pendek.
“O.., akupun sudah bermaksud hendak mengantarkannya juga
kerumahmu. Tetapi duduklah sebentar, aku sudahkan menggoreng ikan.”:
Belum lama labah-labah pergi kedapur, ayam betina
berseru-seru ketakutan : “Tolong sahabat, tolong! Matilkah aku dimakan musang
itu! Itu dia datang kemari!”
“Tak usah takut!” jawab labah-labah dari dapur,
“bersembunyilah dibelakang dapur ini!”
Ayam pergi bersembunyi. Dilihatnya disana ada seekor lipan,
lalu dipatuknya dan dimakannya lipan itu.
“Wah, untung benar sahabat datang!” tegur labah-labah dengan
ramah-tamahnya kepada musang. “Akupun hendak datang juga mengantarkan utangku.
Masuklah! Silahkan duduk!”
Baru saja musang duduk, ia terpekik : Tolong sahabat,
tolong! Lihatlah anjing hutan itu datang kemari. Mati aku diterkamnya!”
“Bersembunyilah dibelakang dapur itu!” kata labah-labah.
Musang lari kebelakang. Dilihatnya disana ada ayam betina,
lalu diterkam dan dimakannya.
Sedang anjing bercakap-cakap dengan labah-labah, anjing itu
terpekik pula, karena dilihatnya seekor harimau datang. Anjing hutan disuruh
labah-labah pula bersembunyi dibelakang dapur. Ketika dilihatnya ada seekor
musang, lalu diterkam dan dimakannya.
Demikian pula harimau itu. Baru saja ia meminta piutangnya,
ia terkejut. Dilihatnya seorang pemburu datang, lemgkap dengan bedil dan
pisaunya.
“Bersembunyilah kebelakang!” kata labah-labah. Harimau pergi
kebelakang. Dilihatnya ada anjing hutan, lalu dimakannya pula.
“Disini tak aman aku bersembunyi,” kata harimau kemudian.
Kalau begitu bersembunyilah keatas pohon kayu itu!” kata
labah-labah.
Harimau melompat keatas pohon kayu yang tiada tinggi benar
dan pemburupun masuk. Labah-labah menerima pemburu dengan manis dan hormatnya.
Karena lemah lembut tutur katanya, pemburu itu dapat dibujuknya, supaya
berhenti melepaskan lelah dahulu dibawah pohon kayu.
Ketika pemburu melihat kedalam perigi yang ada dibawah
pohon itu, tampak olehnya harimau bersembunyi diatas. Dengan tiada menanti
lagi, lalu ditembaknya. Harimau itu jatuhlah, lalu mati.
Labah-labah berlari mendapatkan pemburu, lalu berseru-seru,
katanya : “Hai tuanhamba! Celaka tuanhamba! Harimau, raja dalam negeri ini
tuanhamba tembak. Tentu tuanhamba digantungnya.”
Pemburu sangat cemas, lalu berkata kepada labah-labah,
katanya : ‘Utangmu tak usah dibayar lagi. Tetapi mulutmu mesti kau tutup
rapat-rapat! Jangan kau kabarkan kepada siapapun!”
Sepeninggal pemburu itu, labah-labah itu tertawa-tawa.
“Utangku sudah lunas. Tak kusangka semuanya itu bebal belaka!”
( bersumber dari buku : "Tjeritera Goeroe" )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar