Kamis, 07 Juli 2011

Kalau janji tak ditepati

    Palakia banyak pohon kelapanya. Kalau ia hendak memetik buahnya, selalu diupahkannya, sebab ia sendiri tak pandai memanjat. Karena ia orang yang sangat kikir, maka selalu dipikirkannya bagaimana akal hendaknya, supaya ia jangan mengupah lagi. Karena itu belajarlah ia memanjat dengan rajin.

    Pada suatu hari dicobakannya ilmunya itu. Tetapi baharu beberapa hasta ia dari tanah, lalu jatuhlah ia. Dicobanya sekali lagi, terjatuh juga ia. Sungguhpun begitu, ia tak putus asa. Dicarinya tali untuk sengkelit. Dengan sengkelit itu sampai ia kepuncaknya.

    Tiba-tiba angin berhembus dengan kencangnya. Pohon kelapa itu meliuk-liuk bagaikan hendak patah. Palakia hampir jatuh kebumi.

    "Ya Allah!" serunya, "Kalau aku selamat sampai kebawah, aku berjanji akan memotong seekor sapiku penjamu orang-orang yang miskin dan sengsara."

    Tetapi setelah ia sampai ditengah-tengah, menyesal ia karena membuat janji itu. Maka katanya : "Ah, kambing saja aku sembelih rasanya sudah cukup".

    Setelah makin dekat kebawah, katanya pula : "Ah, apa perlunya kambing aku sembelih, ayam saja sudah cukup".

    Sesampai ditanah ia berlari-lari kerumahnya. Angin topan yang kencang itu tak dipedulikannya lagi. "Apa perlunya aku rugi-rugi menyembelih ayam; aku sudah turun dengan selamat."

    "Menyembelih ayam bagaimana?" tanya bininya.

    "Ah, tak apa-apa, marilah kita makan!" jawab palakia.

    Tiba-tiba terdengar orang berseru dihalaman : 'Tuan haji! tuan haji! Induk sapi tuan haji yang besar itu ditimpa pohon kelapa dikebun tuan, patah kakinya."

    "Astaga, terpaksa juga!" kata Palakia dengan pucat mukanya.

    "Terpaksa bagaimana?" tanya bininya, karena ia tak mengerti maksud perkataan lakinya.

    "Terpaksa memotong sapi."

    "Berjanjikah kakanda akan memotong sapi?"

    Palakia menceriterakan kisahnya memanjat pohon kelapa itu.

    Tetapi bukan sapi yang besar itu yang hendak kusembelih, melainkan anaknya," kata Palakia dengan sangat iba hatinya.

    "Bukankah tak ada kita menyembelih apa-apa?" kata bininya.

    "Ayampun tidak! Kalau kakanda tepati janji tadi, biarpun ayam saja, agaknya kita tak ditimpa kemalangan ini."

    Palakia menggoyang-goyangkan kepalanya saja.



( bersumber dari buku : "Tjeritera Goeroe" )




Tidak ada komentar: