Didalam sebuah hutan adalah seekor harimau yang amat buas. Binatang-binatang dalam hutan itu tak ada yang senang hidupnya. Selalu diburu oleh harimau itu. kadang-kadang sampai sepuluh ekor sehari yang dibunuhnya. Dalam yang sepuluh ekor itu hanya seekor saja yang dimakannya, yang lain terbuang saja. Sebab bengisnya itu banyak diantara binatang dalam hutan itu yang tak berani keluar dari tempatnya. Akan tetapi kalau lama tinggal dalam sarang saja, tentu akan mati kelaparan.
Pada suatu hari bermupakatan segala binatang itu akan mencari akal supaya terhindar dari bahaya itu. Seekorpun tak ada yang dapat mengeluarkan pikiran itu.
Tiba-tiba berkatalah seekor kancil katanya : "Hai kawan-kawan semuanya! Saya tahu akal. Marilah kita pergi semuanya menghadap harimau, raja hutan itu. Kita berjanji kepadanya, akan datang sendiri tiap-tiap hari kesarangnya seekor-seekor untuk jadi santapannya. Siapa tiap-tiap hari yang akan pergi itu, harus kita undi lebih dahulu. Yang dibawah umur tak perlu ikut berundi. Jadi anak-anak kita terpelihara semuanya. Kita tentu tak akan diburunya lagi. Tak perlu kita takut-takut keluar dari sarang kita berjalan-jalan dalam hutan lebat ini akan mencari makan."
Perkataan kancil itu disetujui oleh segala binatang itu. Bersama-sama pergilah mereka itu kesarang harimau itu. Setiba disana berdatang sembahlah kancil, sembahnya : Ya tuanku harimau, raja segala binatang dalam hutan ini. Kami lihat tuanku tiap-tiap hari keluar dari sarang tuanku akan mencari makan. Alangkah payahnya tuanku memburu kami, apalagi tuanku sudah tua. Anak-anak kami tak berani bermain-main keluar, sebab takut kepada tuanku. Sebab itu kami berjanji akan datang tiap-tiap pagi pukul sembilan kemari berganti-ganti akan menyerahkan diri kepada tuanku untuk ayapan tuanku."
Mendengar perkataan kancil itu, harimau itu berpikir dalam hatinya, pikirnya : "baik juga permintaan kancil itu. Tak perlu lagi aku bersusah payah pergi keluar akan memburu binatang untuk makananku. Tiap-tiap pagi sudah datang saja seekor untuk menjadi ayapanku. Baiklah kuterima permintaannya itu." Sesudah berpikir itu berkatalah ia, "Kancil, saya setuju sekali dengan permintaanmu itu. Tetapi, katanya pula sambil menoleh kepada binatang-binatang yang lain, kalau sekalian mungkirkan janji, tentu tak ada ampunnya lagi. Sekarang pergilah kamu semuanya! Saya tunggu tiap-tiap pagi pukul sembilan akan kedatanganmu."
Sekalian binatang itupun bermohonlah, lalu pulang ketempatnya masing-masing.
Besok paginya berkumpullah pula semuanya akan berundi, siapa yang harus menyerahkan dirinya kepada harimau itu. Kenetulan malang kancil sehari itu. Undian yang pertama itu jatuh kepadanya.
Kancilpun susahlah hatinya, tetapi akalnya tidak hilang. "Bagaimana juapun, kuperdayakan juga harimau itu?" katanya dalam hatinya. "Tak mau aku menyerahkan nyawa saja, sebelum akalku kupergunakan."
Pukul delapan pagi-pagi harimau sudah duduk dimuka liangnya menantikan santapannya. Sampai pukul sembilan dinantikannya; seekor binatangpun tak ada kelihatan datang. "Biarlah kutunggu sebentar lagi, sampai pukul setengah sepuluh", katanya dalam hatinya. laparnya makin lama makin sangat, tak tertahan lagi olehnya. Bukan kepalang marahnya waktu itu. Sebab hari sudah pukul setengah sepuluh dan tak ada seekor juga yang datang keliang harimau itu, raja hutan itupun amatlah marahnya, lalu bersiap hendak berangkat pergi memburu binatang dalam hutan itu akan melepaskan sakit hatinya.
Tiba-tiba datanglah kancil itu mendapatkannya. Badannya penuh dengan lumpur. Baru saja sampai dihadapan harimau itu, iapun menyembah, sembahnya: "Ya tuanku syah alam. Bukanlah salah patik terlambat datang ini. Pukul enam pagi patik sudah berangkat dari rumah. Tetapi ditengah jalan patik bertemu dengan seekor harimau yang amat gagah dan galak. Patik dikejarnya, tuanku. Sebab itu patik lari berputar-putar, sehingga patik jatuh kedalam lumpur. Lihatlah badan patik sudah penuh dengan lumpur. Tetapi untunglah patik dapat juga melepaskan diri untuk menyerahkan diri patik kepada tuanku."
Mendengar perkataan kancil itu, harimau itupun terbitlah marahnya, lalu katanya : "Hai kancil! Ada pula lagi harimau dalam hutan ini yang hendak melebihi aku? Rupanya ia hendak menjadi raja juga disini. Dimana tempatnya? Tunjukkanlah kepadaku, supaya boleh kubunuh dia!"
"Tuanku", kata kancil dengan girang, "ia sekarang ada dalam perigi, sedang minum. Pergilah tuanku kesana melihatnya." dengan tiada berpikir panjang lagi, raja hutan itupun pergilah keperigi yang ditunjukkan kancil itu. Setelah ia sampai disana, berkatalah kancil itu sambil menunjuk kedalam air, katanya : "Itu dia tuanku, lihatlah, rupanya ia mengajak tuanku berkelahi."
Harimau itu melihat kedalam air. Karena air dalam periggi itu amat jernih, nyata benar kelihatan bayang-bayangnya. Pada pikirannya bayang-bayangnya itulah harimau yang dikatakan oleh kancil itu.
Iapun melompat kedalam sumur itu akan menerkamnya. Tetapi harimau itu terbenamlah lalu mati.
Setelah sekalian binatang mendengar kabar itu, mereka itu amat bersukacita, lalu pergi bersama-sama mendapatkan kancil akan minta terima kasih kepadanya dan akan menunjukkan keriangannya, sebab tidak akan dapat gangguan lagi dari harimau yang galak itu.
Kancil diangkat mereka itu menjadi raja menggantikan harimau yang sudah mati itu.
( bersumber dari buku : "Tjeritera Goeroe" )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar