Adalah seorang tua tinggal dengan isterinya disebuah dusun. Kerjanya ialah berkebun. Hasil kebun itu dijualnya. Itulah yang menjadi penghidupannya.
Peladang itu mempunyai seekor kucing. Kucing itu dari kecil dipeliharanya. Peladang itu amat sayang kepadanya. Kucing itupun sayang pula kepadanya. Kemana saja ia pergi, kucing itu tetap mengikut. Kalau ia sedang mencangkul dikebunnya, kucing itu bermain-main dekat disana.
Pada suatu hari orang tua itu bekerja pula dikebunnya. Tiba-tiba berhenti ia bekerja. Dilihatnya kucingnya mencium-cium dan mencakar-cakar dengan kakinya dekat pagar. "Apakah yang dicarinya?" katanya dalam hatinya. Sebab ingin akan mengetahui, pergilah ia kesana akan melihat. Kucing itu selalu juga mencakar-cakar.
Diambilnya cangkul, lalu digalinya tanah tempat kucing itu mencakar. Tiba-tiba berhamburanlah dari lubang itu uang emas amat banyaknya. Orang tua laki-bini yang miskin itupun kayalah. Tetapi kekayaannya itu tidak dimakannya sendiri saja, melainkan dibagi-bagikannya pula kepada orang miskin.
Orang yang tinggal berdekatan rumah dengan dia, iri hati melihat orang tua itu telah kaya.
Pada suatu hari dibujuknya kucing itu dengan makanan yang enak-enak datang kekebunnya. Dahulu kucing itu selalu dipukul dan disakitinya.
Kucing itu mencakar-cakar pula dekat pagar dikebunnya.
Digalinya pula tanah tempat kucing itu mencakar-cakar. Tetapi apakah yang keluar? Bukanlah uang emas, melainkan sampah-sampah dan kotoran saja.
Orang itupun amat marah. Diambilnya palu, lalu dipukulnya kucing itu. Kucing itupun matilah.
Orang tua yang empunya kucing itu pergilah kepada kucingnya yang sudah mati itu. dibungkusnya dengan kain putih bersih, lalu dikuburkannya. Diatas kuburan itu ditaburkannya bunga rampai.
Keesokan harinya tumbuhlah diatas kuburan kucing itu sebatang kayu.
Pada suatu pagi, waktu orang tua itu sedang membersihkan kebunnya, terdengar olehnya suara dari dalam batang kayu itu : "Tebanglah saya, dan buatlah sebuah lesung kecil!"
Orang tua itu mengerjakan seperti yang dikatakan suara itu. Tiada lama keluarlah dari lumpang itu harta amat banyaknya dan makanan yang enak-enak. Oleh orang tua itu harta dan makanan enak-enak itu dibagi-bagikannya kepada orang miskin.
Hal itu ketahuan pula oleh orang yang tinggal dekat rumahnya dahulu.
Lesung itu dicurinya dan dibawanya kerumahnya.
Dari dalam lumpang itu berhamburanlah sampah-sampah dan kotoran yang lain. iapun amat marah. Diambilnya kapak, lalu dikapaknya lesung itu. Sesudah itu dilantingkannya kekebun orang tua itu.
Esok paginya, waktu orang tua itu pergi kekebunnya, dilihatnya lesungnya sudah pecah. Amat iba hatinya melihat lesung yang pecah itu.
Dirabanya lesung itu. Pada waktu itu terdengarlah olehnya suara dari dalam lesung itu : "Bakarlah aku ini! Kalau abunya nanti kamu taburkan sedikit saja dipohon yang sudah mati, pohon itu akan hidup kembali."
Lesung itupun dibakarnyalah. Sesudah itu pergilah ia berjalan-jalan membawa abu lesung itu keliling kampungnya. Pohon-pohon kayu yang sudah mati diberinya abu sedikit. Pohon itu hidup kembali, berbunga amat bagusnya dan buahnya sedap-sedap.
Kemudian sampailah ia kedalam kota. Waktu raja dikota itu mendengar akan hal itu, dipanggilnya orang tua itu datang keistana. Sekalian tumbuh-tumbuhnan yang sudah mati, disuruhnya hidupkan kembali.
Tumbuh-tumbuhan itu diberinya abu sedikit. Tiada berapa lamanya keluarlah bunga-bunga yang amat harumnya. Kemudian bergantunganlah pada dahannya buah yang amat lazat.
Raja amat girang melihat tumbuh-tumbuhannya yang sudah mati, sekarang berbunga dan berbuah. Orang tua itu diberinya hadiah amat banyaknya. Harta yang banyak itu tidak dihabiskannya sendiri saja. Orang miskin diberinya pula.
Waktu orang setangganya yang iri hati dahulu mendengar hal itu, dicurinya pula abu orang tua itu.
Iapun pergilah keistana raja akan memperlihatkan kepandaiannya. Pohon-pohon dikebun raja ditaburinya dengan abu yang dicurinya itu. tetapi pohon-pohon itu mati semuanya.
Melihat itu raja amat marah, lalu disuruhnya pukul orang itu.
Setelah ia sampai kekampungnya, diberikannyalah sisa abu itu kepada orang tua itu, lalu ia meminta ampun.
Orang tua itu tak marah kepadanya, karena ia sudah mengaku kesalahannya. Diberinya pula orang itu lagi uang untuk pokok berniaga.
Kemudian bersahabat kariblah mereka itu keduanya selama-lamanya.
( bersumber dari buku : "Tjeritera Goeroe" )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar