Kamis, 08 September 2011

Mawar merah dan perempuan sihir

    Dikaki sebuah gunung yang tinggi, ditepi sebuah hutan yang lebat, diam dua orang peladang laki-bini. Mereka itu ada mempunyai seorang anak perempuan umurnya kira-kira dua belas tahun. Sangat elok paras anak itu. Pipinya merah seperti bunga mawar, matanya bulat sebagai bintang timur, mukanya penuh seperti bulan empat belas hari. Kulitnya putih seperti umbut muda. Tak ada yang menyangka, bahwa ia hanya anak peladang miskin. "Boleh jadi turunan dewa-dewa juga, yang bertempat diatas gunung itu", kata mereka itu.

    Karena sangat elok parasnya, orang sekampungnya menamainya Mawar Merah. Ibu bapaknya amat kasih sayang kepadanya. Sekejappun tak pernah ditinggalkannya. Kemana mereka itu pergi, Mawar Merah selalu dibawanya. Mereka itu takut kalau-kalau buah hatinya itu dapat bencana.

    Pada suatu hari ibu bapa Mawar Merah pergi kehutan mencari buah berangan. Mawar Merahpun serta pergi. Alangkah girangnya hatinya dalam hutan itu! Bunga-bungaan banyak berkembangan dan kupu-kupu banyak berterbangan. Dengan gembira ia berlari kesana kemari mengejar kupu-kupu itu. Sementara itu ibu-bapanya memungut buah berangan (semacam padi, buahnya kecil-kecil).

    Tiba-tiba terbang seekor kupu-kupu yang amat elok sayapnya, lalu dikejar oleh Mawar Merah. Kemana ia terbang dikejarnya juga. Mawar Merah lupa, bahwa ia telah jauh dari ibu-bapanya. Akhirnya iapun tersesat didalam hutan besar itu. Mawar Merah menangislah, karena jalan pulang tak tentu lagi olehnya.

    Hari telah senja dan mulai gelap. Mawar Merah berjalan sambil menangis. Dari jauh tampak olehnya sebuah pondok buruk. didalamnya duduk seorang perempuan tua.

    "Nenek, beri tumpanglah saya malam ini disini!" kata Mawar Merah.

    "Siapakah engkau ini?" tanya perempuan tua itu.

    "Nama saja Mawar Merah, nenek. Saya sesat ketika ibu-bapa saya mencari buah berangan didalam hutan.

    "Kalau begitu, masuklah!"

    Mawar Merah masuk kedalam pondok itu. Ia heran melihat pondok itu sangat kotor, penuh sampah dan abu. Tetapi yang lebih mengherankan hatinya, ialah banyak benar tikus berjalan disana. Rupanya binatang itu jinak-jinak, karena ia tidak lari didekati.

    "Nenek tidak bercucu akan membersihkan pondok buruk ini", kata perempuan tua itu. "Lihatlah kotornya, macam kandang kambing! Kawan nenek hanyalah tikus-tikus itu saja. Kalau engkau suka menolong, sapukanlah sampah-sampah itu"

    Mawar Merah memang anak yang rajin dan bersih. Dengan segera dicarinya sapu, lalu pondok itu disapunya.

    Sesudah makan malam, Mawar Merah tidur. Tetapi hatinya tak senang. Ngeri saja ia melihat muka perempuan tua itu.

    Memang perempuan tua itu bukan perempuan biasa. Dia seorang pandai sihir yang kejam. Siapa yang sesat kepondoknya disihirnya jadi tikus. Sekalian tikus-tikus itu dahulunya manusia yang telah disihirkannya. Kemudian binatang-binatang itu tiada diberinya makan, sehingga banyak yang mati kelaparan.

    Mulanya Mawar Merah tak tahu akan hal itu, tetapi kemudian tahu juga ia. Seekor tikus jatuh dari atas pagu lalu patah kakinya. Tikus itu berceritalah kepada Mawar Merah bahwa ia putera seorang raja, telah disihir oleh perempuan tua itu. Mawar Merah amat kasihan melihat tikus itu, lalu dipeliharanya baik-baik.

    Keesokan harinya dikabarkannya cerita tikus itu kepada perempuan tua itu. Perempuan tua itu sangat marah, karena rahasianya terbuka. Karena sangat marahnya, ia jatuh sakit. Mawar Merah menyesal mengabarkan cerita tikus itu. Maka dicarikannyalah orang tua itu obat dari daun-daun.

    Ketika Mawar Merah mencari obat itu, ia bertemu dengan seorang tua. "Apa yang engkau cari, nak?" tanya orang tua itu.

    "Saya mencarikan nenek saya obat", jawab Mawar Merah, lalu diceriterakannya sebab neneknya jatuh sakit itu.

    "O.., inilah obatnya yang mujarrab. Bawalah!" kata orang tua itu pula, sambil memberikan sebuah kendi berisi air.

    Dengan segera obat itu dibawa Mawar Merah pulang, lalu disuruhnya minum oleh perempuan tua itu. Tetapi obat itu dibuangkan perempuan itu, dan dengan amarah berkata ia, katanya : "Tidak, itu racun akan membunuh aku."

    Untunglah air itu dapat juga sedikit dicedok oleh Mawar Merah. Dengan bujukan yang halus diminumnya juga obat itu. Tak lama antaranya perempuan sihir itupun sembuhlah.

    Sesudah sembuh sifatnya sangat berubah. Sambil menangis ia berkata kepada Mawar Merah, ujarnya : "Cucuku, nenek ini orang durhaka, orang jahanam. Jika tidak karena engkau, tidaklah nenek dapat lepas dari perbuatan yang terkutuk itu. Engkau tahu, bahwa segala tikus itu manusia belaka, yang telah nenek sihirkan. Engkau sendiri hampir pula menjadi tikus. Sekarang tikus-tikus itu hendak nenek kembalikan semuanya kepada asalnya, dan kemudian akan nenek buang segala ilmu nenek yang buruk itu.

    Sesudah ia berkata itu, dimaterakannyalah sekalian tikus-tikus itu dan sebentar itu juga jadi manusialah semuanya kembali. Bermacam-macam yang kelihatan, ada pemburu, ada gembala, ada seorang gadis, ada seorang putera raja, dll.

    Maka amatlah sukacita mereka itu dan minta terima kasih banyak-banyak kepada Mawar Merah. Tetapi yang terlebih bersukacita ialah putera raja itu, karena Mawar Merahpun telah memeliharanya ketika kecelakaan. Maka dibawanyalah gadis kecil itu kenegerinya bersama-sama ibu-bapa Mawar Merah yang telah bertemu kembali dan dipeliharanya sebaik-baiknya.

    Sejak itu Mawar Merah dan ibu bapanya senang dan berbahagialah hidupnya.



( bersumber dari buku "Tjeritera Goeroe" )



 

  

Tidak ada komentar: