Nabi
Yakub beranak dua belas orang laki-laki. Amat sayang ia kepada anak-anaknya
itu. Tetapi yang disayanginya benar, ialah anaknya yang kesebelas, Yusuf
namanya. Bukan karena kecantikan parasnya saja, lebih-lebih karena baik budi
pekertinya, elok tingkah-lakunya dan lemah-lembut tutur bahasanya. Kelakuannya
yang baik menjadi suri tauladan bagi kawan-kawannya, yang sebaya dengan dia.
Sebab itu sekalian orang sayang kepadanya. Demikian pula saudara-saudaranya.
Binyamin anak yang bungsu waktu itu baru berumur tiga tahun. Sungguhpun ia
sekecil itu, lebih sayangnya kepada Yusuf daripada kepada saudara-saudaranya
yang lain.
Pada
suatu malam Yusuf bermimpi. Dalam mimpinya itu ia diangkat orang menjadi raja
dalam sebuah kerajaan yang amat besar dan banyak penduduknya.
Keesokan
harinya diceriterakannyalah mipinya itu kepada saudara-saudaranya.
Sejak
mendengar ceritera Yusuf itu, bencilah mereka itu kepadanya. Jika sebenarnya
Yusuf menjadi raja kelak, tentulah mereka itu akan dibawahnya dan terpaksa
menuruti perintahnya. Demikianlah pikiran
mereka itu. Yusuf tak diajaknya lagi bercakap-cakap atau berjalan
bersama-sama.
Pada
suatu hari Nabi Yakub membelikan Yusuf sehelai baju belederu merah, bersulamkan
benang emas. Amat bagusnya baju itu; lagi pula mahal harganya.
Saudara-saudaranya
makin bertambah-tambah iri hatinya melihat Yusuf dibelikan baju yang bagus itu.
“Kita sudahi juga Yusuf ini”, kata Rubin anak Nabi Yakub yang sulung kepada
adik-adiknya, waktu mereka itu sedang menggembalakan dombanya ditengah padang,
tidak jauh dari rumahnya.
Yusuf
waktu itu sedang duduk dirumah bermain-main dengan adiknya Binyamin. Datanglah
bapaknya, Nabi Yakub lalu bersabda, sabdanya : “Pergilah kamu ketengah padang
melihat saudaramu menggembalakan domba!” Yusufpun berdirilah, lalu pergi
mendapatkan saudara-saudaranya.
“Marilah
kita bunuh dia”, kata Rubin kepada saudara-saudaranya, “Sekaranglah waktunya
yang baik; nanti kita katakan kepada bapak, bahwa ia telah dikoyak oleh
binatang buas.”
Juda,
saudara Yusuf juga berkata, katanya : “Lebih baik kita masukkan saja ia kedalam
sumur.”
Setelah
Yusuf sampai kesana, maka iapun ditangkaplah oleh mereka itu; bajunya yang
bagus dan mahal ditanggalkannya dan kedua belah tangannya diikat erat-erat.
Waktu
mereka itu akan melemparkan Yusuf kedalam sumur, maka kelihatanlah olehnya dari
jauh beberapa orang saudagar datang berunta.
“Hai”, teriak Rubin, “Janganlah dia dilemparkan kedalam sumur. Lebih baik kita jual dia kepada saudagar-saudagar itu sebagai budak. Tentulah akan mahal harganya.”
Yusufpun
dijualnyalah kepada saudagar yang baru datang itu.
Sesudah
itu disembelihlah seekor domba, lalu dilumurinya baju Yusuf dengan darah domba
itu. Mereka itupun pulanglah. Baju yang sudah dilumurinya dengan darah itu
diperlihatkannya kepada bapaknya, lalu katanya : “Yusuf sudah mati ditangkap
oleh binatang buas dan dilarikannya masuk hutan. Inilah bajunya kami bawa. Habis
berlumuran darah.
Bapaknya
yang sudah tua itu menangislah mendengar kabar anaknya mati itu.
----------------------------------------------------------------------------
Saudagar-saudagar
yang membeli Yusuf itu meneruskan perjalanannya ke Mesir. Disitu Yusuf dijual
pula oleh mereka itu. Labanya berlipat ganda dari pokoknya dahulu. Yusufpun
sampai ketangan seorang pembesar negeri.
Yusuf
seorang yang cepat kaki ringan tangan. Jikalau dipanggil, dengan segera ia
datang, kalau disuruh lekas ia pergi. Tuannya amat sayang kepadanya, lebih dari
kepada anaknya sendiri. Sebab itu terbitlah sakit hati isterinya.
Difitnahkannya Yusuf kepada suaminya. Suaminya percaya saja akan fitnah
isterinya itu. Yusufpun dimasukkan oranglah kedalam penjara.
Pada
suatu hari raja dinegeri itu bermimpi. Dalam mimpinya, baginda rsanya
berjalan-jalan dipinggir sungai Nil. Maka kelihatanlah oleh baginda lembu empat
belas ekor, tujuh ekor gemuk dan tujuh ekor kurus. Lembu yang gemuk-gemuk itu
habis dimakan oleh lembu yang kurus-kurus itu, tetapi badannya kurus juga.
Ketika baginda bangun, amatlah susah hatinya. Maka dipanggillah ahli nujum akan melihat, apakah takbir mimpi itu. Tetapi seorangpun tak ada yang dapat menerangkan arti mimpi itu kepada baginda.
Tiba-tiba
berkatalah seorang hamba sahaya baginda, katanya : “Ampun tuanku syah alam,
dalam penjara ada seorang muda yang pandai mentakbirkan mimpi, Yusuf namanya.”
Maka
Yusufpun disuruh baginda keluarkan dan disuruh datang menghadap baginda.
Bagindapun menceriterakan mimpi kepadanya serta disuruhnya mentakbirkannya
sekali.
Yusuf
menjawab dengan hormatnya : “Ya, tuanku syah alam. Tuhan yang mahakuasa memberi
tahu kepada tuanku, bahwa hanya tujuh tahun lagi negeri tuanku ini dalam
kemakmuran. Sudah itu akan datang musim kesusahan, tujuh tahun lamanya.
Tumbuh-tumbuhan akan mati semuanya. Tanah-tanah akan kering dan makanan akan
habis; rakyat tuankupun akan kelaparan.
Baginda
percaya akan perkataan tersebut,lalu disuruh baginda karuniai dia harta amat
banyaknya. Lain dari pada itu ia diangkat oleh baginda jadi raja muda yang akan
menggantikan baginda kelak sepeninggal baginda. Baginda sendiripun tiada
berputera seorang juga.
----------------------------------------------------------------------------
Tujuh
tahun lamanya sejak itu. Tujuh tahun pula negeri Mesir dalam kemakmuran. Ternak
kembang, padi menjadi, tak terpanai banyaknya.
Raja
muda menyuruh mendirikan beratus-ratus gudang besar penyimpan padi dan
makanan-makanan yang lain, untuk persediaan dalam waktu kesusahan. Sekarang
datanglah musim kelaparan, musim yang amat ditakuti itu. Sekalian
tumbuh-tumbuhan dan ternak habis mati. Tetapi di Mesir tiadalah orang takut
akan kelaparan dan kehausan, makanan dan minuman yang disediakan malah melebihi
keperluan hamba rakyat semuanya.
Dinegeri-negeri
lainpun, diluar negeri Mesir orang menanggung kesusahan. Demikian juga dinegeri
Nabi Yakub.
Saudara
Yakubpun pergilah ke Mesir akan membeli padi. Binyamin tak pergi mengikut,
karena ia masih kecil. Setelah mereka itu sampai kesana, maka iapun disuruh
oranglah menghadap raja muda.
Baharu
saja mereka itu sampai, tahu sekali baginda, bahwa yang datang itu saudara
baginda yang menjual baginda dahulu. Tetapi seorangpun tak ada yang mengenal
baginda lagi. Sebelum padi diberikan oleh baginda, baginda lebih dahulu
bertanyakan hal ikhwalnya dirumah. Lalu diceriterakannyalah hal bapaknya dan
adiknya Binyamin.
“Bawalah
adikmu itu kemari”, jawab baginda, “sudah itu barulah kamu saya beri padi.”
Sudah itu mereka itupun bermohonlah akan pulang kenegerinya.
Mula-mula
Nabi Yakub tak mau melepas Binyamin pergi. Tetapi kemudian diizinkannya juga
Binyamin menghadap Raja Muda di Mesir, karena padi simpanannya selama ini
hampir habis.
Sampai
di Mesir masuklah Rubin dengan saudara-saudaranya menghadap baginda Raja Muda.
Waktu baginda melihat adiknya Binyamin, tak dapat ia lagi menahan hatinya, lalu
diulurkannya tangannya, pergi kepada Binyamin dan berkata, katanya : “Binyamin,
tak ingatkah kamu lagi? Sayalah saudaramu Yusuf.” Adiknya itu didukungnya lalu
didudukkannya dipangkuannya.
Saudara-saudaranya
yang lain amat takutnya. Seorangpun tak ada yang berani berkata sepatah juapun.
Mereka itu berlutut menyembah baginda dan minta ampun kepadanya akan
kesalahannya.
Baginda
Yusuf, yang berhati mulia itu tiadalah marah sedikit juga kepada
saudara-saudaranya. Malah baginda amat berbesar hati dapat bertemu kembali
dengan saudara-saudara baginda.
“Tuhan
menyuruh saya datang ke Mesir ini ialah akan melepaskan penduduk dan kakanda
semuanya dari bahaya kesusahan ini”, kata baginda. “Sekarang pergilah kakanda
pulang semuanya. Tinggalkanlah Binyamin disini dan bawalah ayahanda kita
kemari, karena musim lapar ini masih lama lagi. Bawalah makanan sekali untuk
bekal dijalan.”
Mereka
itupun amat berbesar hati mendengar kata baginda itu, lalu berdiri dan
didakapnya adiknya itu berganti-ganti. Sudah itu berangkatlah mereka itu
kenegerinya.
Baru
saja mereka itu sampai dihalaman, berteriaklah ia : “Ayah, Yusuf masih hidup.
Sekarang ia menjadi raja di-Mesir. Ayah disuruhnya pergi kesana.”
Mula-mula
Nabi Yakub tak percaya akan perkataan anaknya itu. Tetapi setelah diceriterakan
oleh mereka itu semuanya, barulah ia percaya. Tiada berapa lamanya kemudian
berangkatlah mereka itu menuju ke-Mesir.
Setelah
baginda Raja Muda mendengar kabar, bahwa ayah dan saudara baginda sudah datang,
maka pergilah baginda keluar kota akan mengalu-alukan ayahanda baginda serta
saudaranya semuanya.
Setelah
bertemu, maka berlututlah baginda menyembah Nabi Yakub. Keduanyapun berdakaplah.
Karena riangnya berlinang-linanglah air matanya.
Raja
Muda Yusuf pergilah menghadap raja akan memohonkan kepada baginda, supaya
ayahnya Nabi yakub dan saudara-saudaranya boleh tinggal bersama-sama dengan dia
di Mesir.
Rajapun
memperkenankan permintaan baginda itu.
Beberapa
tahun lamanya Nabi Yakub tinggal di-Mesir amat senangnya bersama-sama dengan
anaknya.
(Bersumber
dari buku : “Tjeritera Goeroe”)
Nb.: Kelihatannya cerita diatas diambil petikhan-petikan dari seberapa sumber.
'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar