Kamis, 01 November 2012

Riwayat Nabi Yusuf


Nabi Yakub beranak dua belas orang laki-laki. Amat sayang ia kepada anak-anaknya itu. Tetapi yang disayanginya benar, ialah anaknya yang kesebelas, Yusuf namanya. Bukan karena kecantikan parasnya saja, lebih-lebih karena baik budi pekertinya, elok tingkah-lakunya dan lemah-lembut tutur bahasanya. Kelakuannya yang baik menjadi suri tauladan bagi kawan-kawannya, yang sebaya dengan dia. Sebab itu sekalian orang sayang kepadanya. Demikian pula saudara-saudaranya. Binyamin anak yang bungsu waktu itu baru berumur tiga tahun. Sungguhpun ia sekecil itu, lebih sayangnya kepada Yusuf daripada kepada saudara-saudaranya yang lain.

Pada suatu malam Yusuf bermimpi. Dalam mimpinya itu ia diangkat orang menjadi raja dalam sebuah kerajaan yang amat besar dan banyak penduduknya.

Keesokan harinya diceriterakannyalah mipinya itu kepada saudara-saudaranya.

Sejak mendengar ceritera Yusuf itu, bencilah mereka itu kepadanya. Jika sebenarnya Yusuf menjadi raja kelak, tentulah mereka itu akan dibawahnya dan terpaksa menuruti perintahnya. Demikianlah pikiran  mereka itu. Yusuf tak diajaknya lagi bercakap-cakap atau berjalan bersama-sama.

Pada suatu hari Nabi Yakub membelikan Yusuf sehelai baju belederu merah, bersulamkan benang emas. Amat bagusnya baju itu; lagi pula mahal harganya.

Saudara-saudaranya makin bertambah-tambah iri hatinya melihat Yusuf dibelikan baju yang bagus itu. “Kita sudahi juga Yusuf ini”, kata Rubin anak Nabi Yakub yang sulung kepada adik-adiknya, waktu mereka itu sedang menggembalakan dombanya ditengah padang, tidak jauh dari rumahnya.

Yusuf waktu itu sedang duduk dirumah bermain-main dengan adiknya Binyamin. Datanglah bapaknya, Nabi Yakub lalu bersabda, sabdanya : “Pergilah kamu ketengah padang melihat saudaramu menggembalakan domba!” Yusufpun berdirilah, lalu pergi mendapatkan saudara-saudaranya.

“Marilah kita bunuh dia”, kata Rubin kepada saudara-saudaranya, “Sekaranglah waktunya yang baik; nanti kita katakan kepada bapak, bahwa ia telah dikoyak oleh binatang buas.”

Juda, saudara Yusuf juga berkata, katanya : “Lebih baik kita masukkan saja ia kedalam sumur.”

Setelah Yusuf sampai kesana, maka iapun ditangkaplah oleh mereka itu; bajunya yang bagus dan mahal ditanggalkannya dan kedua belah tangannya diikat erat-erat.

Waktu mereka itu akan melemparkan Yusuf kedalam sumur, maka kelihatanlah olehnya dari jauh beberapa orang saudagar datang berunta.

“Hai”, teriak Rubin, “Janganlah dia dilemparkan kedalam sumur. Lebih baik kita jual dia kepada saudagar-saudagar itu sebagai budak. Tentulah akan mahal harganya.”

Yusufpun dijualnyalah kepada saudagar yang baru datang itu.

Sesudah itu disembelihlah seekor domba, lalu dilumurinya baju Yusuf dengan darah domba itu. Mereka itupun pulanglah. Baju yang sudah dilumurinya dengan darah itu diperlihatkannya kepada bapaknya, lalu katanya : “Yusuf sudah mati ditangkap oleh binatang buas dan dilarikannya masuk hutan. Inilah bajunya kami bawa. Habis berlumuran darah.

Bapaknya yang sudah tua itu menangislah mendengar kabar anaknya mati itu.
----------------------------------------------------------------------------

Saudagar-saudagar yang membeli Yusuf itu meneruskan perjalanannya ke Mesir. Disitu Yusuf dijual pula oleh mereka itu. Labanya berlipat ganda dari pokoknya dahulu. Yusufpun sampai ketangan seorang pembesar negeri.

Yusuf seorang yang cepat kaki ringan tangan. Jikalau dipanggil, dengan segera ia datang, kalau disuruh lekas ia pergi. Tuannya amat sayang kepadanya, lebih dari kepada anaknya sendiri. Sebab itu terbitlah sakit hati isterinya. Difitnahkannya Yusuf kepada suaminya. Suaminya percaya saja akan fitnah isterinya itu. Yusufpun dimasukkan oranglah kedalam penjara.

Pada suatu hari raja dinegeri itu bermimpi. Dalam mimpinya, baginda rsanya berjalan-jalan dipinggir sungai Nil. Maka kelihatanlah oleh baginda lembu empat belas ekor, tujuh ekor gemuk dan tujuh ekor kurus. Lembu yang gemuk-gemuk itu habis dimakan oleh lembu yang kurus-kurus itu, tetapi badannya kurus juga.

Ketika baginda bangun, amatlah susah hatinya. Maka dipanggillah ahli nujum akan melihat, apakah takbir mimpi itu. Tetapi seorangpun tak ada yang dapat menerangkan arti mimpi itu kepada baginda.

Tiba-tiba berkatalah seorang hamba sahaya baginda, katanya : “Ampun tuanku syah alam, dalam penjara ada seorang muda yang pandai mentakbirkan mimpi, Yusuf namanya.”

Maka Yusufpun disuruh baginda keluarkan dan disuruh datang menghadap baginda. Bagindapun menceriterakan mimpi kepadanya serta disuruhnya mentakbirkannya sekali.

Yusuf menjawab dengan hormatnya : “Ya, tuanku syah alam. Tuhan yang mahakuasa memberi tahu kepada tuanku, bahwa hanya tujuh tahun lagi negeri tuanku ini dalam kemakmuran. Sudah itu akan datang musim kesusahan, tujuh tahun lamanya. Tumbuh-tumbuhan akan mati semuanya. Tanah-tanah akan kering dan makanan akan habis; rakyat tuankupun akan kelaparan.

Baginda percaya akan perkataan tersebut,lalu disuruh baginda karuniai dia harta amat banyaknya. Lain dari pada itu ia diangkat oleh baginda jadi raja muda yang akan menggantikan baginda kelak sepeninggal baginda. Baginda sendiripun tiada berputera seorang juga.
----------------------------------------------------------------------------

Tujuh tahun lamanya sejak itu. Tujuh tahun pula negeri Mesir dalam kemakmuran. Ternak kembang, padi menjadi, tak terpanai banyaknya.

Raja muda menyuruh mendirikan beratus-ratus gudang besar penyimpan padi dan makanan-makanan yang lain, untuk persediaan dalam waktu kesusahan. Sekarang datanglah musim kelaparan, musim yang amat ditakuti itu. Sekalian tumbuh-tumbuhan dan ternak habis mati. Tetapi di Mesir tiadalah orang takut akan kelaparan dan kehausan, makanan dan minuman yang disediakan malah melebihi keperluan hamba rakyat semuanya.

Dinegeri-negeri lainpun, diluar negeri Mesir orang menanggung kesusahan. Demikian juga dinegeri Nabi Yakub.

Saudara Yakubpun pergilah ke Mesir akan membeli padi. Binyamin tak pergi mengikut, karena ia masih kecil. Setelah mereka itu sampai kesana, maka iapun disuruh oranglah menghadap raja muda.

Baharu saja mereka itu sampai, tahu sekali baginda, bahwa yang datang itu saudara baginda yang menjual baginda dahulu. Tetapi seorangpun tak ada yang mengenal baginda lagi. Sebelum padi diberikan oleh baginda, baginda lebih dahulu bertanyakan hal ikhwalnya dirumah. Lalu diceriterakannyalah hal bapaknya dan adiknya Binyamin.

“Bawalah adikmu itu kemari”, jawab baginda, “sudah itu barulah kamu saya beri padi.” Sudah itu mereka itupun bermohonlah akan pulang kenegerinya.

Mula-mula Nabi Yakub tak mau melepas Binyamin pergi. Tetapi kemudian diizinkannya juga Binyamin menghadap Raja Muda di Mesir, karena padi simpanannya selama ini hampir habis.

Sampai di Mesir masuklah Rubin dengan saudara-saudaranya menghadap baginda Raja Muda. Waktu baginda melihat adiknya Binyamin, tak dapat ia lagi menahan hatinya, lalu diulurkannya tangannya, pergi kepada Binyamin dan berkata, katanya : “Binyamin, tak ingatkah kamu lagi? Sayalah saudaramu Yusuf.” Adiknya itu didukungnya lalu didudukkannya dipangkuannya.

Saudara-saudaranya yang lain amat takutnya. Seorangpun tak ada yang berani berkata sepatah juapun. Mereka itu berlutut menyembah baginda dan minta ampun kepadanya akan kesalahannya.

Baginda Yusuf, yang berhati mulia itu tiadalah marah sedikit juga kepada saudara-saudaranya. Malah baginda amat berbesar hati dapat bertemu kembali dengan saudara-saudara baginda.

“Tuhan menyuruh saya datang ke Mesir ini ialah akan melepaskan penduduk dan kakanda semuanya dari bahaya kesusahan ini”, kata baginda. “Sekarang pergilah kakanda pulang semuanya. Tinggalkanlah Binyamin disini dan bawalah ayahanda kita kemari, karena musim lapar ini masih lama lagi. Bawalah makanan sekali untuk bekal dijalan.”

Mereka itupun amat berbesar hati mendengar kata baginda itu, lalu berdiri dan didakapnya adiknya itu berganti-ganti. Sudah itu berangkatlah mereka itu kenegerinya.

Baru saja mereka itu sampai dihalaman, berteriaklah ia : “Ayah, Yusuf masih hidup. Sekarang ia menjadi raja di-Mesir. Ayah disuruhnya pergi kesana.”

Mula-mula Nabi Yakub tak percaya akan perkataan anaknya itu. Tetapi setelah diceriterakan oleh mereka itu semuanya, barulah ia percaya. Tiada berapa lamanya kemudian berangkatlah mereka itu menuju ke-Mesir.

Setelah baginda Raja Muda mendengar kabar, bahwa ayah dan saudara baginda sudah datang, maka pergilah baginda keluar kota akan mengalu-alukan ayahanda baginda serta saudaranya semuanya.

Setelah bertemu, maka berlututlah baginda menyembah Nabi Yakub. Keduanyapun berdakaplah. Karena riangnya berlinang-linanglah air matanya.

Raja Muda Yusuf pergilah menghadap raja akan memohonkan kepada baginda, supaya ayahnya Nabi yakub dan saudara-saudaranya boleh tinggal bersama-sama dengan dia di Mesir.

Rajapun memperkenankan permintaan baginda itu.

Beberapa tahun lamanya Nabi Yakub tinggal di-Mesir amat senangnya bersama-sama dengan anaknya.

 



(Bersumber dari buku : “Tjeritera Goeroe”)

Nb.: Kelihatannya cerita diatas diambil petikhan-petikan dari seberapa sumber.



 '

Tidak ada komentar: