Kamis, 06 Oktober 2011

Si Kancil berpacu lari

Kami sadur dari cerita si Kancil (Buku berbahasa Jawa). Diceriterakan bahwa sosok kancil tersebut adalah bertubuh kecil, namun dia memiliki kecerdikan yang luar biasa, serta mempunyai banyak akal.

Pada suatu hari sewaktu Kancil sedang dalam perjalanan, berjumpalah ia dengan teman lamanya si Kul (binatang sejenis Siput, yang hidup diair tawar). Tanya si Kancil : “Kul, berjalanmu itu lambat sekali, kapan bisa sampai ditempat tujuan?”

Sudah sesuai dengan kodratNya, begitulah adanya dengan si Kul tersebut. Namun, sambil berpikir dia menjawab pula : “Biarlah lambat asal selamat! Sungguhpun begitu, kalau beradu cepat berpacu denganmu, sama sekali tidaklah aku akan mundur”

Dengan agak meragukan akan kemampuannya, maka si Kancil bertanya : “Benarkah itu?”

Jawab Kul dengan mantabnya : “TENTU-lah, kawan!!”

“Kapan, dan dimana kita berlomba?”, tanya si Kancil untuk meyakinkan hal tersebut.

“Besok pagi-pagi saja, sebelum sinar mentari mulai panas. Dan tempatnya, ya… disini. Aku berjalan didalam air, sedangkan kamu dijalan setapak sepanjang parit ini!”, ungkap Kul.

Jawab Kancil: “Ya.. sudahlah, kalau begitu saya setuju!”

Sepeninggal Kancil, Kul segera memberi tahu kepada teman-temannya, untuk berbaris disepanjang parit ini dengan jarak masing-masing, antara dua meter. Dan nanti ketika si Kancil menyeru, Kul yang dihadapannya harus menjawab dengan perkataan “Kuk”.

Esok pagi tiba, si Kul memberi aba-aba dengan kata-kata “Mulai”, maka langsung berlarilah keduanya. Dengan sambil berlari secepatnya, si Kancil menyeru : “Kul..?” Kul yang didepannya menjawab dengan kata “ “Kuk!”

Begitu seterusnya, setiap seruan kancil “Kul?”, dengan spontan Kul yang didepannya menjawab dengan kata : “Kuk!”

Maka si Kancil menambah lebih cepat lagi laju larinya; namun setiap seruan “Kul?”, selalu dijawab dengan “Kuk!” oleh Kul yang berada didepan laju si Kancil.

Sampai akhirnya si Kancil capek kelelahan, hilang keseimbangan dan jatuh terjerembab masuk keparit. Segera si Kul yang didepannya, menyongsong untuk menolongnya.

“Bagaimana keadaanmu, Kancil?”

Dengan napas yang masih terengah-engah, si Kancil menjawab dengan tersengal-sengal : “Kamu memang hebat, saya mengaku kalah!”

Sembari tersenyum simpul, si Kul menjawab: “Iya,nggak apa-apa! Harapanku, semoga pertemanan kita tetaplah baik-baik saja, ya...!?”


(Saduran bebas dari Ceritera Guru)





Tidak ada komentar: