Dia berusaha keluar dari lubang tersebut. Namun tidak ada satupun akar ataupun sulur pepohonan yang menjulur jauh kedalam lobang sumur tersebut. Dicobanya berulang-ulang melompat dengan sekuat tenaga, pun tidak juga mencapai bibir sumur. Berkali-kali Ia berteriak minta tolong, namun tidak juga ada sesuatu makhluk pun yang menyahut ataupun menolongnya.
Menengadah keatas, yang nampak hanyalah kumpulan awan yang terlihat melintas sekejap diatas lobang sumur tersebut. Putus-asalah akhhirnya si Kancil, dan menggerutu “matilah aku sekarang dilobang sumur ini”; dan dalam kelelahan serta keputus-asaan itu, tertidurlah ia.
Hingga ia terbangun terperanjat, dikejutkan oleh suara gemuruh disertai gerakan tanah yang terasa semakin lama semakin keras dan mendekat kearahnya. Sejurus kemudian nampak olehnya si Gajah yang menjulurkan belalainya kedalam sumur, namun masih terlalu jauh untuk menggapai air didalamnya. Tengok sana, tengok sini kedalam keremangan lobang sumur, terlihat olehnya si Kancil lagi terbengong-bengong melihat keatas.
Seru si Gajah : “Hai… Kancil, ada apa kamu berada didalam sumur ini?”
Si Kancil tersadar dari terbengong-bengongnya, dan akalnya mulai berjalan, “Akh.., datang sebuah kesempatan emas; jangan disia-siakan!”, katanya dalam hati.
Sahut si Kancil kemudian : “ Ssstt…………!!” , sembari telunjuk disilangkan tegak dibibirnya.
Si Gajah, mulai bimbang dengan keadaan itu dan bertanya : “Memangnya ada apa, Kancil?”
“Kamu memang benar-benar tidak tahu?”, lanjut si Kancil
“Iya…, saya tidak tahu ……, ada apa dengan semua ini?”, ungkap si Gajah semakin tambah bingung.
“Cobalah menengadah melihat keatas, tidakkah engkau tahu bahwa sebentar lagi langit akan runtuh?
Gajah menengadah melihat keatas, dan tampak olehnya kumpulan awan yang bergerak terbawa angin itu layaknya seperti langit yang sudah goyah dan mau runtuh.
“Benarkah semua itu, Kancil?”
“Lihatlah sendiri, tidakkah engkau tahu aku sudah sejak tadi sudah bersembunyi disini!”, jawab si Kancil menegaskan alasannya, mengapa dia berada didalam sumur.
“Kalau begitu saya ikut bersamamu, Kancil!”, sembari berkata demikian si Gajah langsung menerjunkan dirinya kedalam sumur. Si Kancil terkejut bukan kepalang, ia hampir saja terinjak oleh kaki si Gajah. Walaupun dalam hatinya sebenarnya ia juga bergembira, karena semua rencananya akan bisa berjalan dengan mulus.
“Kak Gajah, aku hampir mati terinjak kakimu! Sebaiknya aku duduk diatas punggungmu saja, supaya tidak terinjak. Dan tolonglah merendah sedikit, agar aku bisa maik keatas punggungmu”.
Dengan tanpa ada curiga apapun, merendahlah si Gajah dilobang yang sempit untuk badan Gajah yang sebesar itu. Dan akhirnya si Kancilpun bisa menggapai punggung Gajah.
“Kak Gajah, saya sudah duduk dipunggungmu, sekarang bolehlah engkau untuk berdiri!”
Begitu Gajah berdiri, sudah cukuplah acuan bagi si Kancil untuk melompat mencapai bibir sumur itu. Dan dengan spontan segera melompatlah ia keatas.
Setibanya diatas tanah, sambil melongok kedalam sumur si Kancil berkata : “Terimakasih atas bantuannya, ya kak Gajah! Semoga baik-baiklah semuanya”.
Kemudian berlalulah ia dari tempat sumur itu.
(Saduran bebas dari sebuah Ceritera Guru)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar