Sabtu, 22 Desember 2012

Bermain

1. Si Ali dengan kawannya.

Disebelah rumah si Ali tinggal pak Aziz, yang beranak seorang laki-laki; hampir seumur dengan si Ali, namanya si Aziz. Anak itu belum bersekolah sebagai si Ali juga.

Kalau si Ali tidak mengikut bapaknya dan si Aziz ada dirumah, keduanyapun bermain-mainlah. Kadang-kadang bermain dibelakang rumah si Ali; kadang-kadang dihalaman rumah si Aziz.

Ketika si Ali sudah pulang mandi, pergilah ia kesebelah. Si Azizpun ada dirumah, jadi dapatlah kedua anak itu bermain-main.

“Jis, mari kita main kuda-kudaan.”
“Ayolah,mana talinya?”
“Tali kelopak pisang saja!”

Keduanyapun pergilah kepohon pisang yang dibelakang rumah.

“Siapa jadi kuda?”
“Kau, Jis, nanti aku.”

 
Si Azizpun menggigit kekang dan si Ali memegang tali les dan cambuk.

“Ayo, Belang, larilah!”

Cyh, cyh, cyh! Kudanyapun meringkik. Beberapa lamanya berlari-lari berkeliling rumah, lelahlah mereka itu. Kemudian si Ali pulang makan.

“Nanti kau datang pula, Li?” Tanya si Aziz.
“Belum tentu,” jawab si Ali, lalu ia pulang.
 

2. Main balon-balonan.

Diantara rumah si Aziz dan si Ali ada pagar hidup. Pagar itu pagar batang jarak.

Pada suatu hari si Aziz bermain-main kerumah si Ali. Belum berapa lama bermain, berkata si Aziz kepada temannya :

“Li, mari kita main balon-balonan!”
“Dari apa kita buat?”
“Dari getah jarak.”


Keduanya pergi kepagar jarak itu; dipatahkannya ranting yang muda. Maka titiklah getahnya; ditampungnya dengan daun jarak. Sudah itu diambilnya tangkai daun yang tua akan peniupnya.

“Lihatlah, Li, balonku naik sampai kepohon pisang!”

Si Ali mengembus pula, tetapi masih ditangkai pengembus, balonnya sudah pecah. Dicobanya sekali lagi, terjadilah sebuah balon besar.

“Lihat, Jis, lihatlah! Bagus benar warna itu.”

Keduanya memandang balon si Ali. Betul bermacam-macam warna tampak disitu; ada yang kuning, ada yang hijau, ada pula yang merah.

Sudah itu diembus si Ali balonnya, lalu naiklah balon itu. Tinggi, tinggi benar; hampir sampai kebubungan rumahnya. Waktu kedua anak itu payah, pulanglah masing-masing kerumahnya.



(Bersumber dari buku : “Dikampung”)



   

      

Tidak ada komentar: