Suatu hari si Kancil lagi berjalan-jalan menyusuri hutan,
kesana-kemari tanpa arah tujuan yang tertentu. Hanya sekedar menjernihkan pikiran
yang sedang gundah dan kurang enak saja. Tiba-tiba ia menemukan (melihat)
sesuatu yang tergantung pada sebuah dahan pohon. Ya…, sesuatu; si Baboon-kah
itu? Ternyata bukan si Baboon.
Kemudian si Kancil berjalan kepokok pohon dimana tergantung
sesuatu tersebut, lalu ia duduk bersimpuh dan memegang sebuah tongkat. Selanjutnya
dia diam mematung, namun tetap waspada, laiknya seorang prajurit yang lagi
siaga di Pos-Jaga.
Tak lama kemudian nampaklah Harimau berlalu melewati jalan disitu,
dan kemudian menghampiri si Kancil, katanya dengan penuh keheranan : “Kancil,
ada apa dengan dirimu, berada disini?”
“Sssss…..ttt!”, jawab Kancil sambil menyilangkan telunjuk pada
bibirnya.
“Aku lagi mendapat tugas menjaga “Gong-Keramat”, dari Raja Diraja Hutan
ini, dengan tangannya menunjuk-nunjuk keatas kearah sesuatu yang tergantung itu.
“Bolehkah aku memukul untuk membunyikannya?”, Tanya Harimau, penuh
ingin tahu tentang itu.
“Ini Gong keramat, tidak sembarangan saja diperbolehkan untuk
membunyikannya!”, jawab Kancil.
Mendengar jawaban Kancil begitu, si Harimau pun mulai agak marah,
dan katanya: “Kalau kamu tetap melarangku untuk membunyikan Gong Keramat itu,
tentu akan berakibat aku remukkan kepalamu!”
Mendengar ucapak Harimau begitu, si Kancil pun merinding juga,
kemudian jawabnya : “Ya.., aku ijinkan kamu membunyikan Gong itu. Tetapi
sebelumnya aku akan pergi menjauh terlebih dulu, agar aku tidak kena marah nantinya.”
Jawab Harimau : “Segeralah menjauh! Aku ingin sekali segera
membunyikan Gong ini!”
Kancilpun segera berlari menjauh. Dalam hatinya ia tertawa geli,
karena Gong Keramat yang ditunjuknya itu, sebenarnya adalah sarang lebah yang
menggantung pada sebuah dahan dari pohon tersebut.
Begitu Kancil pergi, Harimau pun mengambil tongkat dan segera memukul
Gong Keramat, ya…. sarang lebah tersebut. Akibatnya sarang lebah itu hancur,
porak poranda, dan lebahnya pun berhamburan keluar. Harimau yang masih tertegun
melihat itu, kemudian dikejar lebah-lebah itu. Dan ia pun menjadi pontang
panting lari menghindari serbuan lebah yang begitu banyak.
(Saduran bebas Ceritera Guru, dari sebuah cerita berbahasa
jawa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar