“Li, kau mengikut kesawah?”
Tanya bapaknya kepada si Ali.
“Ya, pak,” jawab si Ali.
“Masih banyak pekerjaan, pak?”“Tidak; hari ini aku hendak menyikat; barangkali sehari ini habis.”
“Ha, menyikat! Betulkah boleh saya mengikut kesawah, pak?”
“Mengapa tidak! Marilah kita ambil kerbau kekandang!”
Keduanya berjalanlah
kebelakang rumah. Disitu dilihatnya kedua ekor kerbaunya masih berbaring; ia
mengunyah tidak berhenti-hentinya. Bersama-sama dibukanya pintu kandang, lalu
dihalaunya kerbau itu keluar. Kemudian berjalannah mereka itu menuju sawah yang
tiada berap jauh dari kampungnya. Pak Amat memikul sikat yang akan dipakai
nanti. Si Ali menurut dibelakang.
Belum berapa lama berjalan,
sampailah mereka itu kesawahnya yang sudah dibajak. Pak Amat memasang kerbau
itu dihadapan sikat. Si Ali tegak melihat bapaknya bekerja. Tatkala sudak
selesai, bertanyalah pak Amat kepada anaknya:
“Ali, suka kamu naik
dibelakang?”
“Suka, pak.”
Bapaknya menolong si Ali
memanjat palang sikat.
“Ssss!” kata si Ali sambil
mencoba membunyikan cambuknya, tetapi tidak berbunyi, sebab tak ada talinya.
“Pa, seperti naik kereta
rasanya. Hus, hah, hus,” demikianlah kedengaran si Ali menghalau kerbaunya.
2. Mengantarkan nasi:
“Pak, mana kak Isah, belum
tiba juga?” kata si Ali.
“Kau sudah lapar?” Tanya
bapaknya. “Nantilah sebentar, tentu tak lama lagi ia datang.”
Betul sekali apa yang
dikatakan bapaknya itu.
“Kak, kak,” seru si Ali dari jauh. “Mengapa selambat itu kakak datang?”
“Ada,” sahut bapaknya.
“Kalau begitu patutlah adik lapar. Lihatlah ini, dik, apakah ini?”
“Ha, rujak kelapa muda. Ha,
sedap, sedap benar,” ujar si Ali, sambil menari-nari berkeliling kakaknya.
Sesudah bapak dan anak itu
mencuci kaki dan tangannya, duduklah mereka itu dibawah pohon yang rindang.
Panas matahari amat terik, tetapi dibawah pohon itu tak terasa panas karena
dilindungi oleh daun yang rimbun.
Sedap benar makan mereka itu!
Sesudah makan, diminumnyalah rujak kelapa muda yang sejuk dan manis rasanya.
Tak kala hampir habis makan
minum, si Amat tiba pula disawah. Lalu si Ali menceriterakan pekerjaannya
semenjak pagi.
Dalam mangkuk masih ada rujak
kelapa sedikit, lalu dihabiskan oleh si Amat.
Ketika sudah lepas
penat,mulai pula mereka itu bekerja. Kerbau yang sementara itu makan rumput
disawah yang belum dikerjakan, dipasang pulalah. Sekarang si Amat menggantikan
bapaknya memegang tali kerbau dan si Ali duduk pula diatas palang sikat. Pak
Ali memperbaiki pematang keliling sawahnya.
3. Memandikan kerbau:
Kira-kira pukul empat
selesailah pekerjaan disawah.
“Amat, bawalah kerbau kita
kesungai, mandikan bersih-bersih!”
“Pak, saya pergi juga
kesungai bersama-sama dengan abang. Boleh pak?” Tanya si Ali.
“Boleh, pergilah dengan
abangmu! Aku hendak pulang membersihkan kebun kacang dan menggali ubi kayu yang
sudah tua. Besok hari pekan, jadi boleh dijual.”
Kedua anak itu ditolong
bapaknya naik kepunggung kerbau; kemudian berjalanlah binatang itu menuju
sungai.
Disan sudah banyak anak-anak
yang lain memandikan kerbaunya. Ramai mereka itu bersorak-sorak dan
bersembur-semburan.
Ketika dilihatnya kedua
saudara itu datang, bertambah riuh suara mereka itu; separuhnya pergi ketepi
sungai akan menyemburi.
“Tunggu, tunggu dulu,” kata
si Amat. “Nanti basah pakaianku.”
Sesudah berkata demikian
dibukanya kain bajunya, diletakkannya ditepi sungai diatas sebuah batu besar.
Kemudian si Amat dan si Ali turun keair.
Kerbaunya sudah dahulu turun.
Ramai benar mereka itu
berperang-perangan air, bersembur-semburan tiada berhenti-hentinya.
Tiba-tiba sekaliannya lari
naik kedarat. Seorang diantara anak-anak itu yang bernama si Badu
berteriak-teriak: “Buaya, buaya!” Tatkala dilihatnya teman-temannya
berlari-larian dengan tergopoh-gopoh, tertawalah ia, sebab sudah kena tipunya.
Banyak diantara kawan-kawannya jatuh bangun karena kakinya terserandung.
“Mana buaya? Mana buaya?” Tanya
mereka itu seorang kepada seorang. Jawab si Badu: “Buaya ada dekat laut.”
Barulah mereka tahu, bahwa ia sudah dipermain-mainkan oleh si Badu.
Dimana pula ada buaya
digunung? Tetapi dalam waktu terkejut tidak terpikir sampai kesitu.
Kemudian pulanglah
masing-masing kerumahnya sambil mengendarai kerbaunya.
(Bersumber dari buku : “Dikampung”)