Pada ketika itu si Putih sedang terayun-ayun kepalanya, karena menahan rasa mengantuknya; tiba-tiba ia dikejutkan dengan kedatangan si Belang yang bersorak-sorak kegirangan, sambil berteriak : “Saya mendapatkan roti, saya mendapatkan roti!”
Sambil menggendong roti, ia
berjingkrak-jingkrak, melompat-lompat mengelilingi si Putih yang sedang bermalas-malasan.
Melihat kejadian itu, seketika
hilanglah rasa mengantuk si Putih, yang kemudian ia bertanya : “Dari mana
engkau mendapatkan roti itu, hai Belang?”
Jawab si Belang : “Kutemukan
disekitar tempat ini juga”
Si Putih : “Tentunya, roti
tersebut diberikan kepadaku, bukan diperuntukkan kepadamu!”
Si Belang : “Tapi…, akulah
yang menemukannya. Bukan kamu! Walaupun engkau lebih dulu berada disini, tapi
kamu sedang tidur. Jadi rejeki itu adalah buat diriku.”
Si Putih : “Sebaiknya ya
dibagi menjadi dua saja, antara aku dan engkau”
Si Belang : “Bolehlah…, kalau
begitu kamu saya beri beberapa (sedikit) kerat roti saja”.
Si Putih : “Harus dibagi dua
sama besar, karena aku yang terlebih dulu berada datang ditempat ini, sedangkan
kamu baru datang kemudian!”
Si Belang : “Saya tidak mau!!
Saya harus mendapat bagian yang lebih besar, karena sayalah yang menemukannya”.
Dalam keadaan yang semakin
bertambah panas, keduanya sama-sama tidak ada yang mau mengalah, ingin memiliki
bagian roti yang lebih banyak. Disertai iringan raungan irama “Kucing Meong”
yang bersahutan, menjadi semakin riuhlah suasananya. Untunglah sebelum
terjadi pertarungan diantara keduanya, datanglah Kera yang melerai. Namun
keduanya masih tetap bersikukuh dengan pendapat dan kemauan masing-masing.
Pada akhirnya mereka
menyetujui untuk membawa masalah itu kepengadilan. Dipengadilan, si Kera
bertindak sebagai penengah(Hakim) yang akan memberi keputusan tentang hal roti tersebut.
Selanjutnya Kera mengambil necara/timbangan, kemudian roti tersebut dibagi
menjadi dua bagian, dan sebagian dimasukkan kedalam mangkuk timbangan sebelah
kiri, serta sebagian yang lain dimasukkan kedalam mangkuk timbangan
disebelah kanan.
Terlihatlah oleh mereka bahwa
timbangan tersebut miring, berat sebelah. Kera lalu mengambil roti yang ada
pada mangkuk timbangan yang terberat, kemudian menggigitnya.
Begitulah seterusnya, setiap
sisi mangkuk yang berat, si Kera lalu mengambil roti tersebut dan menggigitnya.
Berulang terus, hingga pada mangkuk tersebut hanya tersisa secuil roti saja.
Dan kemudian katanya: “Roti yang secuil ini sebagai upah untuk saya!”,
kemudian roti tersebut langsung dimakannya pula.Kedua kucing, si Putih dan si Belang akhirnya tersadar, bahwa dengan jalan berebut roti tersebut ujung-ujungnya mereka tidaklah mendapatkan bagian apa-apa sama-sekali.
(Saduran bebas, dari sebuah
ceritera guru)
.